Bangkitkan Demokrat 2029 melalui Strategi “JFK” Konsolidasi Dapil dan Sinergi DPRD
Oleh: Irjen Pol (P) Drs. Frederik Kalalembang
Anggota DPR RI Fraksi Partai Demokrat, Kepala Departemen Politik dan Keamanan DPP Partai Demokrat, Ketua Umum Ikatan Keluarga Toraja Nusantara
Pemilu 2029 adalah tantangan nyata Partai Demokrat empat tahun ke depan. Tantangan itu memerlukan pemetaan ulang secara menyeluruh sebagai strategi besar meraih suara di Pemilu 2029. Departemen Politik dan Keamanan DPP Partai Demokrat, memandang perlu menetapkan langkah konsolidatif mengembalikan kepercayaan rakyat sekaligus memperkuat posisi partai di legislatif.
Raihan kursi di DPR RI Partai Demokrat dalam tiga pemilu terakhir yaitu 61 kursi di pada periode 2014–2019, 54 kursi untuk 2019–2024, kemudian 44 kursi untuk periode 2024–2029. Trend ini menunjukkan sinyal kuat kepada semua kader untuk mencari dan menerapkan strategi alternatif. Strategi itu harus dapat menyentuh secara struktural pada lapisan yang paling dasar. Partai harus mulai mengupayakan membangun ekosistem kemenangan yang terukur dan terintegrasi. Peran kader untuk bersinergi satu dengan yang lain tentu saja akan menjadi kunci dalam menghadapi tantangan di Pemilu 2029 yang akan datang.
Sinergi DPRD–DPR RI: Kursi Nasional Dimulai dari Basis Daerah
Keberhasilan merebut kursi DPR RI di setiap dapil tidak bisa dilepaskan dari kekuatan partai di DPRD kabupaten/kota dan provinsi. Fondasi kekuatan lokal menjadi kunci utama untuk mengonsolidasikan suara rakyat dari bawah ke atas. Pada Pemilu 2024, Partai Demokrat memperoleh total 1.479 kursi di DPRD kabupaten/kota (DPRD II) di seluruh Indonesia. Sementara sebagai gambaran, DPR RI sebanyak 84 Dapil untuk 580 Kursi, DPRD Provinsi sebanyak 301 Dapil untuk 2.372 Kursi, serta DPRD Kabupaten/Kota sebanyak 2.325 Dapil untuk 17.510 Kursi.
Mengandalkan potensi tersebut, ke depan Partai Demokrat harus menargetkan mampu meraih rata-rata lima kursi untuk masing-masing DPRD Kabupaten/ Kota. Bekal pencapaian ini akan menjadi fondasi kuat bagi penambahan kursi di DPR RI dan memperkuat daya tawar politik partai baik secara regional maupun nasional. Suara partai harus kuat mengakar di bawah, baik di kabupaten/kota maupun provinsi. Hal itu akan memberi dampak aliran raihan suara untuk kursi DPR RI. Target satu kursi DPR RI per dapil sangat realistis asal mesin partai di bawah bergerak serempak dan solid, hasilnya pasti ada.
Bekal kekuatan legislatif daerah yang signifikan, memberi kekuatan bagi Demokrat bisa lebih leluasa menggerakkan program-program partai, menjangkau masyarakat, dan mengarahkan agenda kebijakan lokal yang bersinergi dengan kepentingan pusat. Partai harus lebih kreatif, strategi pemenangan tidak bisa lagi diseragamkan. Setiap dapil memiliki kondisi sosial-politik yang unik dan khas. Setiap dapil harus punya tim kemenangan khusus, yang diisi kader lokal, analis pemilu, dan simpul masyarakat, untuk menyusun strategi berdasarkan data mikro, kekuatan lawan, dan potensi kader. Kunci dari pendekatan ini adalah menyasar titik-titik pemilih strategis di wilayah yang selama ini terabaikan, dengan menggerakkan dan memberi ruang bagi tokoh lokal dan komunitas yang belum tergarap secara maksimal.
Strategi “JFK” : Pilar Kemenangan Demokrat 2029
Untuk menopang seluruh kerja politik tersebut, perlu diggagas pendekatan strategis bernama “JFK”, yaitu terdiri atas “Jaringan”, “Finansial”, dan “Keamanan”.
“Jaringan” : Komunikatif, Cepat dan Responsif
Jaringan politik yang kuat tidak harus selalu dibangun lewat pertemuan fisik. Di era digital, kader harus mampu merespons pertanyaan masyarakat secara cepat dan tepat melalui WhatsApp, telepon, atau media sosial. Responsif adalah kata kunci. Partai Demokrat diharapkan dapat mendorong kader di setiap desa, kecamatan, dan kabupaten menjadi simpul informasi dan solusi. Masyarakat harus tahu bahwa ada tempat bertanya, ada jalur menyampaikan aspirasi, dan ada partai yang hadir bahkan sebelum kampanye.
Kader juga diinstruksikan menyusun memo masalah dan solusi yang dikirim ke pusat secara berkala. Dengan sistem ini, DPP dapat memantau dinamika lapangan dan menyusun program secara presisi berdasarkan kebutuhan nyata.
“Finansial” : Kemandirian Ekonomi, Investasi Kader Muda
Kemenangan politik memerlukan daya tahan ekonomi. Kader tidak boleh hanya bergantung pada dana dari pusat atau elite, melainkan harus tumbuh melalui pemberdayaan ekonomi yang berkelanjutan. Secara khusus, partai harus memberi perhatian besar pada pemuda-pemuda berbakat yang belum memiliki akses ekonomi memadai. Demokrat akan menyusun program pendampingan ekonomi-politik, inkubasi usaha, pelatihan digital marketing, serta akses permodalan untuk kader muda potensial. Bonus demografi memberi kita limpahan kader muda yang punya potensi tapi belum punya akses. Partai harus hadir berpihak secara nyata membantu kader tumbuh, baik itu sebagai pengusaha lokal maupun mempersiapkan sebaga pemimpin masa depan. Program ini diharapkan menciptakan kader-kader yang siap maju dalam kontestasi dengan modal yang kuat dan kemandirian finansial, bukan karena disokong sementara saja, melainkan haruslah karena dibina secara sistematisdan berkelanjutan serta terencana.
“Keamanan” : Melindungi Kader Menjaga Ruang Politik
Dinamika politik belakangan ini menunjukkan banyak kader yang menjadi calon legislatif rentan terhadap intervensi, intimidasi, atau bahkan kriminalisasi baik diri maupun bisnisnya. Pada titik ini partai harus hadir melindungi kader.
Departemen Politik dan Keamanan akan membentuk sistem pengamanan berlapis, yang mencakup:
- Pendampingan hukum aktif bagi kader yang menghadapi persoalan hukum;
- Perlindungan terhadap usaha kader dari tekanan politik atau aksi premanisme;
- Keamanan digital, termasuk melawan serangan karakter dan peretasan akun media sosial;
- Koordinasi dengan aparat keamanan daerah secara elegan dan partisipatif, untuk menciptakan ruang politik yang aman dan damai.
Partai tidak boleh membiarkan kader merasa sendirian. Kader harus menadapat kepastian bahwa mereka aman secara fisik, hukum, dan digital. Keamanan itu menjadi modal bagi kader dalam bergerak untuk mendukung mewujudkan program partai.
Strategi Berbasis Program: Membangun Solusi, Bukan Janji
Kemenangan Demokrat tidak akan datang dari retorika, tetapi dari kemampuan kader menyampaikan dan memperjuangkan program nyata yang bisa dirasakan masyarakat. Isu-isu seperti akses pendidikan, lapangan kerja, jaminan sosial, kesehatan, dan pemberdayaan desa harus menjadi bagian utama narasi Demokrat.
Kehadiran Demokrat juga harus terasa dalam mendukung program-program nasional yang pro-rakyat, seperti makan siang gratis, peningkatan gizi anak, dan reformasi kelembagaan desa, tanpa kehilangan jati diri Partai.
Konsolidasi Total dan Transparansi Internal
Seluruh jajaran Demokrat membanguni soliditas partai dengan prinsip keterbukaan dan kolaborasi. Semua lini, mulai dari hukum, digital, hubungan kelembagaan, hingga media, harus bersinergi dalam mendukung misi besar ini. Jadi misi 2029 bukan hanya soal merebut kembali kursi, tapi tentang membangun kembali kepercayaan rakyat. Strategi JFK, konsolidasi dapil, dan sinergi dari DPRD ke DPR RI, kita yakin Demokrat akan kembali menjadi kekuatan utama di panggung politik nasional, sesuai dengan semangat Demokrat sebagai partai Nasional, Modern, dan Religius. (*)
Sumber : IKaTNus
Editor : Redaksi
Tinggalkan Balasan