TORAJATIMES.com

Objektif & Aktual

Tolak Revitalisasi Lapangan Rante Rada’ Sa’dan, Ratusan Keluarga Tongkonan Lino dan GMNI Gelar Demonstrasi di Kantor DPRD Toraja Utara

Tolak Revitalisasi Lapangan Rante Rada Sa'dan, Ratusan Keluarga Tongkonan Lino dan GMNI Gelar Demonstrasi di Kantor DPRD Toraja Utara, Senin, (24/11/2025). Foto: torajatimes.com

TORAJA UTARA, TORAJA TIMES.com | Polemik Revitalisasi Lapangan Rante Rada Sa’dan kembali menjadi protes dan tuntutan keluarga Tongkonan Lino di Kantor DPRD Toraja Utara siang tadi, Senin (24/11/2025).

Ratusan dari keluarga Tongkonan Lino bersama Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Toraja Utara mendatangi kantor DPRD Toraja Utara dengan menggelar aksi demonstrasi dengan membawa sejumlah spanduk dengan tulisan menolak keras Revitalisasi Lapangan Rante Rada’ Sa’dan.

Aksi demonstrasi keluarga Tongkonan Lino dan GMNI ini menuntut kepada Bupati Toraja Utara untuk menghentikan pembangunan revitalisasi lapangan rante rada’ di atas tanah ulayat, dan meminta untuk mengembalikan fungsinya sebagai tempat kegiatan adat istiadat bukan lapangan olahraga.

Keluarga Besar Tongkonan Lino dan GMNI dalam orasinya dan isi spanduk mengatakan bahwa Bupati Toraja Utara telah merusak kerukunan msyarakat adat yang memegang teguh prinsip-pronsip adat istiadat dan leluhur, hanya untuk kepentingan segelintir orang.

Dalam aksi demonstrasi di halaman kantor DPRD Toraja Utara, salah satu tokoh perempuan dari Tongkonan Lino, Beatriks Bulo mengungkapkan bahwa ia hadir di sini bersama keluarga dan mahasiswa karena merasa sedih dan kecewa kepada Bupati Toraja Utara, Frederik Victor Palimbong yang sudah melakukan hal yang keliru, dimana lapangan rante rada’ itu bukan untuk dihibahkan, bukan untuk dijadikan yayasan, bukan untuk dijadikan proyek lalu di robah robah fungsinya.

Beatriks Bulo juga mengatakan bahwa lapangan rante rada’ ini digunakan untuk acara rambu solo’ bagi keluarga baik itu dari Tongkonan Lino, Rada’ dan Palipangan. Bukan untuk dijadikan lapangan main futsal, dan bukan untuk modernisasi yang terlalu drastis. “Dia juga mengungkapkan bahwa jangan berkedok modern-modern tetapi modern yang merusak tatanan masyarakat yang baik dan utuh,” ungkap salah satu Tokoh Perempuan dari Tongkonan Lino ini.

Lanjut Beatriks mengatakan bahwa menolak revitalisasi lapangan rante rada’ menjadi lapangan olahraga. Lapangan Rante Rada’ biarlah dikembalikan fungsinya sebagai tempat kegiatan adat istiadat bukan lapangan olahraga.

Sebelumnya disampaikan ibu Beatriks Bulo bahwa dirinya adalah pendukung Frederik Victor Palimbong saat pilkada 2024 lalu. Namun dirinya kecewa dan sangat sedih terhadap Bupati Frederik Victor Palimbong yang sudah merubah lapangan rante rada’ menjadi lapangan olah raga. “Dia menegaskan lapangan rante rada harus dikembalikan fungsinya sebagai tempat kegiatan adat istiadat bagi keluarga dan masyarakat,” pungkasnya.

Usai melakukan orasi dihalaman kantor DPRD Toraja Utara, dilanjutkan dengan penerimaan aspirasi di ruang penerima aspirasi yang dipimpin langsung oleh Ketua DPRD Toraja Utara, Hermin Matandung didampingi Wakil Ketua I dan II, Marten Bida dan Prianto Soma serta beberapa anggota Dewan yang bertugas sebagai penerima aspirasi.

Tak hanya di kantor DPRD Toraja Utara, Ratusan Keluarga Tongkonan Lino melanjutkan aksinya di depan kantor Dinas Perpustakaan jalan Landorundun Rantepao untuk menemui Bupati Toraja Utara, Frederik Victor Palimbong. Saat tiba didepan kantor Dinas Perpustakaan, ratusan keluarga dan GMNI melakukan orasi dan ingin menemui bupati, namun bupati tidak menyempatkan waktu untuk menemui para demonstran dari keluarga Tongkonan Lino dan GMNI.

Dengan kecewa dan kesal, ratusan keluarga Tongkonan Lino dan GMNI yang telah melakukan orasi, langsung meninggalkan kantor Dinas Perpustakaan dimana Bupati Frederik Victor Palimbong berkantor sementara. (*)

Penulis : Eno
EditorĀ  : Rahmad

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini